Sulitnya Akses Infrastruktur Nelayan Tambak Jawai

Hari itu, matahari masih sepenggalah. Belum terlalu siang. Namun, waktu seolah berputar dengan cepat di Kecamatan Jawai.
Camat Jawai, Kepala Desa Sarang Burung Usrat, Muspika dan petani tambak sedang berkumpul sambil menikmati secangkir kopi maupun teh hangat di salah satu warung kopi pasar desa SB Usrat, Kamis (1/7). Mereka sedang menunggu rombongan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, dalam rangka panen perdana petani tambak di desa Sungai Burung Usrat.
Lokasi tambak yang hendak dituju lokasinya kurang lebih dua kilometer dari pasar desa SB Usrat. Untuk sampai ke lokasi, rombongan menempuh perjalanan dengan menggunakan sepeda, menelusuri jalan setapak sepanjang  700 meter di tengah kebun kelapa. Lalu dilanjutkan dengan menelusuri sungai yang bermuara di laut Jawai menggunakan perahu sambil menyusuri sungai dengan pemandangan hutan mangrove.
Siang itu, kondisi air sungai yang masih dangkal, sempat menyulitkan rombongan menuju ke lokasi panen. Beberapa rombongan diharuskan keluar dari motor air dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati beberapa tambak yang sudah dipanen terlebih dahulu. Hampir sekitar 300 meter mencapai lokasi, rombongan yang berjalan kaki juga diharuskan menyebrangi jembatan seadanya yang dibuat hanya dengan sebatang kayu balok.

Setelah sampai ke lokasi tambak, terlihat sekelompok petani tambak sedang memanen ikan panen. Bentangan jaring dipegang bersama oleh beberapa nelayan, sebagian lagi menyisir kolam yang telah dikeringkan sambil mengusir ikan agar menuju lokasi panen. Anak-anak petani tambak tampak larut dan membaur memanen ikan bandeng. Mereka bahkan ikut berlumpuran membantu yang dewasa mengusir ikan agar menuju lokasi pengeringan. Sekali-kali mereka besenda gurau sambil menangkapi ikan yang melompat ke tepian kolam yang telah kering. Terik dan aroma yang menyengat dari lumpur kolam tidak mereka perdulikan lagi. Yang tergambar suasana panen ikan bagian dari kegembiraan. apalagi melihat ratusan ikan bandeng masuk jaring terakhir. Beberapa petani tampak juga membawa tangkapan berupa kepiting yang sangat menggiurkan.

Salah satu pengurus kelompok petani tambak, Majid menyebutkan kondisi akses menuju tambak menjadi salah satu permasalahan yang mereka hadapi guna meningkatkan produktifitas. Menurut, hasil panen produksi perikanan budidaya perlu penanganan secepatnya. “Jika jalur akses ke tambak baik, kami yakin dapat menekan biaya operasional,” kata Majid.
Jika infrastruktur jalan rusak hasil panen menjadi terhambat. Bahkan sempat gagal panen karena sebagian tambak milik nelayan bocor. Karena masih banyak nelayan menggunakan pengerjaan manual.
yang terjadi, di areal tambak, pertumbuhan lumut menjadi lambat. Padahal lumut menjadipakan ikan di tambak.
Begitu juga dengan benih ikan, nelayan masih menggantunkan kepada agen penampung. Bem lagi permasalahan pendangkalan sungai.  Petani terpaksa mengunakan mesin air, atau menggali sungai agar tidak dangkal dalam bentuk swadaya.
Kecamatan Jawai memiliki luasan wilayah mencapai 193,99 kilometer persegi. Memiliki potensi perikanan laut dan budidaya yang menjanjikan. Dari data BPS 2009, hasil perikanan laut mencapai 2.000,9 ton per tahun dan perikanan budidaya mencapai 337,80 ton per tahun. Untuk perikanan budidaya, masyarakat Jawai kebanyakan memilih budidaya tambak ikan jenis bandeng, udang, budidaya ikan nila dan lele.
Majid menyebutkan, untuk area pemasarannya di bawa ke Pontianak melalui agen penampung yang ada di Pasar desa. Estimasi biaya yang diperlukan dari awal hingga panen mencapai kurang lebih 11 juta rupiah. Dari 100 persen benih ikan yang ditabur, sekitar 25 persen saja yang berhasil,  dari jumlah petambak mencapai luas  2 - 4 hektar dengan jumlah nelayan tambak berkisar  40 orang.
Sulitnya akses menuju ke lokasi tambak tersebut mendapat perhatian salah satu anggota DPRD, Usa Maliki yang turut berkunjung ke lokasi panen tambak itu. Ia yakin jika akses bagus dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas panen. “Ke depan ia membuat program anggaran pembangunan infratsuktur” kata Maliki.
Kades SB Usrat, Hariyanto Sahril berharap banyak kepada Pemkab Sambas dan DPRD, agar daerahnya menjadi prioritas pembangunan infrastruktur bagi nelayan Jawai, sebagian berprofesi nelayan. “ Jika infrastruktur baik, nasib nelayan tambak juga baik,” kata Hariyanto.
Posted on 17.27 by Ir.H.Prabasa Anantatur MH and filed under | 0 Comments »

0 komentar:

Posting Komentar